Minggu, 15 Mei 2011

Rekonstruksi Abasiyah


Pendidikan Islam pada masa bani Abbasiyah sangatlah maju pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun di berbagai Negara. Ilmu pengetahuan umum juga sangat berkembang. Semangat para ilmuwan muslim saat itu sangatlah tinggi, sampai mereka bersemangat pula dalam mempelajari ilmu barat yaitu filsafat untuk kemudian diintegrasikan dengan Islam sehingga menjadi “Filsafat Islam”.
Mereka tidak mengenal lelah dalam belajar, pikiran mereka terbuka tidak eksklusif (tertutup) sehingga potensi untuk lebih maju itu terbuka lebar. Mereka berusaha merubah mind set, bahwasanya ilmu itu luas, ilmu bisa didapat dari manapun sekalipun dari orang barat selama ilmu itu ada manfaat dan tidak ada kemadhorotan, maka ilmu itu dapat dipelajari dan diamalkan.
Jika dibandingkan dengan kondisi Indonesia saat ini, Indonesia sangat jauh tertinggal dalam hal pendidikan. Banyak hal yang akhirnya menyebabkan Indonesia berada dalam situasi demikian itu.  Diantaranya, bangsa Indonesia menyukai tren “instan” segalanya serba instan. Baikitu makanan, pemikiran, harta, dsb. Mayoritas mereka berfikiran dengan sedikit usaha mereka akan mendapat hasil yang maksimal tidak peduli apakah yang dikerjakan itu akan merugikan orang lain atau tidak.
Begitu pula fenomena di kalangan terpelajar, lingkungan kampus khususnya. Bnyak mahasiswa yang mempuyai minat baca yang rendah. Hal ini dapat dilihat ketika mereka mengerjakan tugas paper dari dosen. Biasanya para mahasiswa hanya copy paste dari materi yang didapat dari internet tanpa menganalisis sedikitpun. Sehingga dampak dari hal ini adalah bangsa Indonesia semakin terjajah oleh kebodohan, kebodohan yang disebabkan oleh dirinya sendiri, tiada ghiroh untuk belajar dan lebih maju.